Senin, 18 Maret 2013

semua karena kehenda-MU by rumi

 Kumpulan puisi jalaludin rumi



"Judul puisi atas kehendak nya"

By:rumi







puisi cinta jalaludin rumi




Telah panjang-lebar kita berbicara,

tetapi sungguh penyiapan diri kita

untuk menempuh jalan yang membentang di depan

tidaklah cukup tiada sedikit pun mencukupi

tanpa kehendak Allah.Tanpa kehendak Allah

dan mereka yang dipilih-Nya,

siapa pun diri kita,

lembaran kita tetaplah hitam.



Yaa Allah,

kelimpahan-Mu memenuhi setiap kebutuhan,

tidaklah diizinkan untuk menyebutkan

sesuatu pun di sisi-Mu.

Alangkah berlimpahnya

petunjuk yang telah Kau anugerahkan

selama ini telah Engkau tutupi

begitu banyak aib dan cacat-cela kami.



Karena setitik pengetahuan

yang telah Engkau berikan sebelum kami disini

sampai kini rindu kami bersatu dengan lautan-Mu.

Setitik pengetahuan yang berada di dalam jiwa kami ini

bebaskan dia dari syahwat dan kungkungan tanah-liat ini.

Sebelum tanah-liat ini menghirupnya-habis,

sebelum angin ini menyapunya.



Sungguhpun, ketika dia tertiup jauh,

Engkau dapat meraihnya kembali, dan memulihkannya.

Setitik air yang telah menguap di udara

atau tertumpah ke tanah kapankah dia keluar

dari perbendaharaan-Mu,

wahai yang Maha-Menguasai.



Jika dia telah beranjak memasuki ketiadaan

atau seratus ketiadaan segera dia bergegas kembali

jika Engkau memanggilnya.

Ratusan ribu pihak telah saling membunuh satu sama lain

Seruanmu membangkitkan kembali mereka dari ketiadaan.



Yaa Rabb,

karavan demi karavan melesat terus-menerus

dari ketiadaan menuju keberadaan.

Setiap malam,

semua pemikiran dan pemahaman menjadi kosong,

mencebur ke Laut yang dalam



Lalu, ketika fajar merekah,

mereka yang Ilahiah itu menyembulkan kepala dari Laut,

bagaikan ikan.

Ketika musim gugur tiba,

tak-terhitung cabang-ranting dan dedaunan membusuk

ke dalam lautan Kematian.



Sementara di taman,

burung gagak bergaun hitam-pekat,

bagaikan pelayat yang meratapi gugurnya tanam-tanaman.

Lalu, dari Sang Penguasa datang perintah kepada ketiadaan

“Kembalikan apa yang telah engkau telan

Wahai Kematian yang hitam,

kembalikanlah tanaman, bunga-bunga, dedaunan

dan rerumputan yang telah engkau telan!”



Wahai saudaraku,

kumpulkanlah kecerdasanmu dan pertimbangkanlah

dari saat ke saat, terus-menerus beredar musim gugur

dan musim semi di dalam dirimu.

Pandanglah taman qalb

hijau dan berembun dan segar,

penuh kuntum mawar, cemara dan melati



Ranting-dahan tersembunyi lebatnya dedaunan,

padang yang luas dan istana yang tinggi,

tersembunyi oleh lebatnya bunga-bunga.

Kata-kata ini bersumber dari Akal Sejati,

bagaikan wanginya bunga-bunga, cemara dan bakung itu.



Apakah engkau bisa mencium wanginya mawar,

sementara kuntumnya tiada

Apakah bisa engkau memandang busanya anggur,

sementara anggurnya tiada



Wewangian itu adalah panduan

yang membimbingmu berjalan

itu akan membawamu ke Jannah dan Kautsar.

Wewangian adalah obat untuk mata yang buta

dia adalah pemantik cahaya

mata Jakub terbuka oleh suatu wewangian.



Bau-busuk menggelapkan mata

wanginya Jusuf menyembuhkannya.

Engkau bukanlah seorang Jusuf

karenanya, jadilah seperti Jakub

bersikaplah bagaikan beliau,

akrabilah linangan air-mata dan kesedihan mendalam.



Dengarlah nasehat dari Hakim Sana’i ini,

agar terasa kesegaran di raga rentamu:

“Kehinaan memerlukan sebuah wajah bagaikan mawar;

jika tidak engkau miliki wajah seperti itu,

janganlah engkau beredar kesana-kemari sambil marah.



Akhlak rendah adalah kehinaan dalam wajah yang buruk,

kepiluan adalah sakit-mata di mata yang buta.”

Pada kehadiran Jusuf jangan biarkan dirimu menyombong

dan berlagak seakan dirimu cantik

tiada lain yang perlu engkau tawarkan kecuali permohonan

dan rintihan seorang Jakub.



Makna dari kematian,

sebagaimana disampaikan oleh sang burung beo,

adalah memohon dengan merendahkan diri

matikanlah dirimu-sendiri dalam permohonan ampun

dan kefakiran jiwamu,

Sehingga hembusan Isa dapat menghidupkanmu-kembali,

dan membuatmu cantik dan dirahmati,

sebagaimana sejatinya dirimu.



Bagaimanakah sebongkah batu

dapat tertutupi oleh limpahan kehijauan musim Semi

Jadilah tanah, sehingga dapat engkau mekarkan

beragam bunga aneka warna.

Telah bertahun-tahun engkau bagaikan batu yang tajam

cobalah sesuatu yang segar

serahkanlah dirimu, jadilah seperti tanah.



 Demikian puisi jalaludin rumi semoga  bisa di ambil hikmahnya



Sumber :Rumi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar