Senin, 25 Juni 2012

kumpulan puisi-puisi mustofa bisri

kumpulan puisi-puisi mustofa bisri















sujud



Bagaimana kau hendak bersujud pasrah

sedang wajahmu yang bersih sumringah

keningmu yang mulia

dan indah begitu pongah

minta sajadah

agar tak menyentuh tanah.



Apakah kau melihatnya

seperti iblis saat menolak menyembah bapakmu

dengan congkak,

tanah hanya patut diinjak,

tempat kencing dan berak

membuang ludah dan dahak

atau paling jauh hanya jadi lahan

pemanjaan nafsu

serakah dan tamak.



Apakah kau lupa

bahwa tanah adalah bapak

dari mana ibumu dilahirkan,

tanah adalah ibu yang menyusuimu

dan memberi makan

tanah adalah kawan yang memelukmu

dalam kesendirian

dalam perjalanan panjang

menuju keabadian.



Singkirkan saja

sajadah mahalmu

ratakan keningmu,

ratakan heningmu,

tanahkan wajahmu,

pasrahkan jiwamu,

biarlah rahmat agung

Allah membelai

dan terbanglah kekasih




Cintamu



bukankah aku sudah mengatakan kepadamu kemarilah
rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu
datanglah aku akan berlari menyambutmu
tapi kau terus sibuk dengan dirimu
kalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahku
tanpa meski sekedar melongokku
kau hanya membayangkan dan menggambarkan diriku
lalu kau rayu aku dari kejauhan
kau merayu dan memujaku
bukan untuk mendapatkan cintaku
tapi sekedar memuaskan egomu
kau memarahi mereka
yang berusaha mendekatiku
seolah olah aku sudah menjadi kekasihmu
apakah karena kau cemburu buta
atau takut mereka lebih tulus mencintaiku
Pulanglah ke dirimu
aku tak kemana mana






Bagi Mu



Bagimu kutancapkan kening kebanggaanku pada

rendah tanah,

telah kuamankan sedapat mungkin

maniku,

kuselamat-selamatkan Islamku

kini dengan

segala milikMu ini

kuserahkan kepadaMu Allah

terimalah.



Kepala bergengsi yang terhormat ini

dengan kedua

mata yang mampu menangkap

gerak-gerik dunia,

kedua telinga

yang dapat menyadap kersik-kersik

berita,

hidung yang bisa mencium wangi parfum

hingga borok manusia,

mulut yang sanggup menyulap

kebohongan jadi kebenaran

seperti yang lain hanyalah

sepersekian percik tetes anugrahMu.



Alangkah amat

mudahnya Engkau

melumatnya Allah,

sekali Engkau

lumat terbanglah cerdikku,

terbanglah gengsiku

terbanglah kehormatanku,

terbanglah kegagahanku,

terbanglah kebanggaanku,

terbanglah mimpiku,

terbanglah hidupku.



Allah,

jika terbang-terbanglah,

sekarangpun aku pasrah,

asal menuju haribaan rahmatMu.





Di Arafah



Terlentang aku
seenaknya dalam pelukan bukit-bukit
batu bertenda langit biru,
seorang anak entah
berkebangsaan apa
mengikuti anak mataku
dan dalam
isyarat bertanya-tanya
kapan Tuhan turun?
Aku tersenyum.
Setan mengira dapat mengendarai
matahari,
mengusik khusukku apa tak melihat
ratusan ribu hati putih
menggetarkan bibir,
melepas dzikir,
menjagamu
dari jutaan milyar malaikat
menyiramkan berkat.
Kulihat diriku
terapung-apung
dalam nikmat dan sianak
entah berkebangsaan apa
seperti melihat arak-arakan
karnaval menari-nari
dengan riangnya.


Terlentang aku
satu diantara jutaan tumpukan
dosa yang mencoba menindih,
akankah
kiranya bertahan dari banjir
air mata penyesalan
massal ini


Gunung-gunung batu
menirukan tasbih kami,
pasir menghitung wirid kami
dan sianak
yang aku tak tahu
berkebangsaan apa
tertidur dipangkuanku
pulas sekali




Di Pelataran AgungMu Nan Lapang



Di pelataran agungMu

nan lapang kawanan burung merpati

sesekali sempat memunguti butir-butir

bebijian yang Engkau tebarkan

lalu terbang lagi

menggores-gores biru langit

melukis puja-puji

yang hening



Di pelataran agungMu

nan lapang aku setitik noda

setahi burung merpati menempel pada pekat

gumpalan yang menyeret warna bias kelabu

berputaran mengatur

melaju luluh dalam gemuruh

talbiah, takbir dan tahmit

Dikejar dosa-dosa

dalam kerumuman dosa

ada sebaris doa

siap kuucapkan

lepas terhanyut air mata

tersangkut di kiswah nan hitam



Di pelataran agungMu

nan lapang

aku titik-titik tahi merpati

menggumpal dalam titik noda berputaran,

mengabur, melaju, luluh

dalam gemuruh talbiah,

takbir dan tahmit

mengejar ampunan dalam lautan

ampunan

terpelanting dalam qouf dan roja.





Kaum Beragama Negeri Ini



Tuhan,
lihatlah
betapa baik kaum beragama
negeri ini
mereka terus membuatkanmu
rumah-rumah mewah
di antara gedung-gedung kota
hingga di tengah-tengah sawah
dengan kubah-kubah megah
dan menara-menara menjulang
untuk meneriakkan namaMu
menambah segan
dan keder hamba-hamba
kecilMu yang ingin sowan kepadaMu.


NamaMu mereka nyanyikan dalam acara
hiburan hingga pesta agung kenegaraan.
Mereka merasa begitu dekat denganMu
hingga masing-masing
merasa berhak mewakiliMu.


Yang memiliki kelebihan harta
membuktikan
kedekatannya dengan harta
yang Engkau berikan
Yang memiliki kelebihan kekuasaan
membuktikan kedekatannya dengan
kekuasaannya yang Engkau limpahkan.
Yang memiliki kelebihan ilmu
membuktikan
kedekatannya dengan ilmu
yang Engkau karuniakan.


Mereka yang engkau anugerahi
kekuatan sering kali bahkan merasa
diri Engkau sendiri
Mereka bukan saja ikut
menentukan ibadah
tetapi juga menetapkan
siapa ke sorga siapa ke neraka.


Mereka sakralkan pendapat mereka
dan mereka akbarkan
semua yang mereka lakukan
hingga takbir
dan ikrar mereka yang kosong
bagai perut bedug.
Allah hu akbar walilla ilham.


Gelisahku



gelisahku adalah gelisah purba

adam yang harus pergi mengembara tanpa diberitahu

kapan akan kembali

bukan sorga benar yang kusesali karena harus kutinggalkan

namun ngungunku mengapa kau tinggalkan

aku sendiri

sesalku karena aku mengabaikan kasihmu yang agung

dan dalam kembaraku di mana kuperoleh lagi kasih

sepersejuta saja kasihmu

jauh darimu semakin mendekatkanku kepadamu

cukup sekali, kekasih

tak lagi,

tak lagi sejenak pun

aku berpaling

biarlah gelisahku jadi dzikirku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar